Dollar Lanjutkan Koreksi, Euro Reli
Jakarta, Strategydesk – Dollar melanjutkan koreksinya
terhadap major currencies karena munculnya kerisauan bahwa kejatuhan
bursa saham China mengurangi prospek kenaikan suku bunga the Fed.
Sedangkan euro reli berkat data ekonomi Jerman yang mengesankan.
Indeks Shanghai anjlok 8,5%, kejatuhan harian terbesar dalam delapan tahun akibat spekulasi pemerintah bakal menghentikan bantuan likuiditasnya pada saham. Kejatuhan Ini menyeret saham Eropa, yang terjungkal di atas 1% dan indeks utama AS ke level terendah dalam dua minggu. Kejatuhan saham China ini juga menimbulkan keraguan the Fed bisa menaikkan suku bunganya tahun ini.
Sebagian kalangan meyakini gejolak di pasar keuangan China akan membuat the Fed lebih berhati-hati dalam mengelola kebijakan. Mereka berpandangan the Fed tentunya juga mempertimbangkan kondisi eksternal sebelum mengambil tindakan. Salah satu faktor yang melambungkan dollar akhir-akhir ini adalah adanya prospek kenaikan suku bunga September nanti. The Fed mulai menggelar rapat malam nanti dan selesai Kamis dini hari. Hampir dipastikan tidak akan ada keputusan baru, tapi pasar akan menyimak pernyataan sang ketua Janet Yellen terkait kondisi ekonomi dan inflasi terkini, serta opsi kebijakan yang tersedia.
Dollar jatuh meski data durable goods orders keluar lebih baik dari prediksi. Untuk nanti malam, ada beberapa data yaitu sentimen konsumen dan indeks harga rumah S&P/Case Shiller, yang bila buruk berpotensi semakin menekan dollar. Dalam perdagangan hari ini, indeks dollar berada di 96,62 setelah jatuh 0,7% kemarin. Kejatuhan ini membawa indeks tersebut ke 38,2% dari penguatan 18 Juni-21 Juli di 96,45. Penutupan di bawah itu membuka potensi menuju 50% di 95,90. Terhadap yen, dollar rebound 0,3% ke 123,45.
Beralih ke euro, mata uang tunggal Eropa itu melesat setelah ada data yang menunjukkan indeks sentimen bisnis Jerman naik ke 108,00 di Juli dari 107,5 di Juni. Euro diperdagangkan di $1,1080 setelah menguat sampai $1,1130, dimana menembus 50% retracement dari kejatuhan 18 Juni-20 Juli.
Rekomendasi
EUR-USD

USD-JPY

GBP-USD

USD-CHF

AUD-USD

.
Indeks Shanghai anjlok 8,5%, kejatuhan harian terbesar dalam delapan tahun akibat spekulasi pemerintah bakal menghentikan bantuan likuiditasnya pada saham. Kejatuhan Ini menyeret saham Eropa, yang terjungkal di atas 1% dan indeks utama AS ke level terendah dalam dua minggu. Kejatuhan saham China ini juga menimbulkan keraguan the Fed bisa menaikkan suku bunganya tahun ini.
Sebagian kalangan meyakini gejolak di pasar keuangan China akan membuat the Fed lebih berhati-hati dalam mengelola kebijakan. Mereka berpandangan the Fed tentunya juga mempertimbangkan kondisi eksternal sebelum mengambil tindakan. Salah satu faktor yang melambungkan dollar akhir-akhir ini adalah adanya prospek kenaikan suku bunga September nanti. The Fed mulai menggelar rapat malam nanti dan selesai Kamis dini hari. Hampir dipastikan tidak akan ada keputusan baru, tapi pasar akan menyimak pernyataan sang ketua Janet Yellen terkait kondisi ekonomi dan inflasi terkini, serta opsi kebijakan yang tersedia.
Dollar jatuh meski data durable goods orders keluar lebih baik dari prediksi. Untuk nanti malam, ada beberapa data yaitu sentimen konsumen dan indeks harga rumah S&P/Case Shiller, yang bila buruk berpotensi semakin menekan dollar. Dalam perdagangan hari ini, indeks dollar berada di 96,62 setelah jatuh 0,7% kemarin. Kejatuhan ini membawa indeks tersebut ke 38,2% dari penguatan 18 Juni-21 Juli di 96,45. Penutupan di bawah itu membuka potensi menuju 50% di 95,90. Terhadap yen, dollar rebound 0,3% ke 123,45.
Beralih ke euro, mata uang tunggal Eropa itu melesat setelah ada data yang menunjukkan indeks sentimen bisnis Jerman naik ke 108,00 di Juli dari 107,5 di Juni. Euro diperdagangkan di $1,1080 setelah menguat sampai $1,1130, dimana menembus 50% retracement dari kejatuhan 18 Juni-20 Juli.
Rekomendasi
EUR-USD
USD-JPY
GBP-USD
USD-CHF
AUD-USD
