16 Indikator Ekonomi Penting (4)
8. Perubahan GDP
Secara tipikal GDP digunakan ekonom dan analis untuk mengetahui ukuran perekonomian suatu negara, sedang tumbuh atau sedang mengalami kontraksi. Jika GDP meningkat maka perekonomian cenderung kuat, dan sebaliknya. Pelaku ekonomi akan menyesuaikan pengeluaran, persediaan barang, rekruitment tenaga kerja dan investasi lainnya tergantung dari output GDP.
Namun indikator ini juga ada kekurangannya. Seperti halnya indikator pasar saham yang kadang tidak menunjukkan kekuatan harga saham yang sebenarnya, GDP juga bisa demikian. Seperti misalnya program quantitative easing (QE) dan pengeluaran pemerintah yang berlebihan. Kenaikan GDP akibat QE sebenarnya adalah kenaikan semu yang memang dilakukan pemerintah guna mengoreksi kemerosotan pertumbuhan ekonomi.
Sebagai indikator lagging, GDP menunjukkan yang telah terjadi, bukan yang sedang terjadi atau yang akan terjadi. Ekonom dan analis melihat keadaan booming atau resesi pada angka GDP dari kwartal ke kwartal. Patokan yang umum jika GDP akhir per kwartal telah turun 2 kali berturut-turut maka bisa dianggap perekonomian sedang menuju ke keadaan resesi.
9. Pendapatan dan upah
Jika ekonomi berjalan dengan efisien, tingkat pendapatan seharusnya meningkat dengan teratur tiap periode tertentu untuk menyesuaikan dengan tingkat inflasi yang terjadi. Untuk negara-negara maju yang mengukur tingkat upah dengan jumlah jam kerja, maka pendapatan yang menurun menunjukkan jumlah jam kerja yang berkurang atau tingkat upah yang memang diturunkan. Pendapatan yang berkurang juga bisa disebabkan oleh pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan akibat perusahaan yang kolaps.
Baik pendapatan yang turun ataupun upah yang berkurang merefleksikan kondisi ekonomi yang sedang suram. Di negara industri, tingkat pendapatan dan upah disurvey dan dirinci sesuai dengan gender, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan guna mengetahui trend sesuai dengan kelompok yang disurvey.
10. Tingkat pengangguran (Unemployment Rate)
Indikator ini sangat penting dan dijadikan salah satu acuan pemerintah suatu negara dalam menilai kondisi ekonomi. Tingkat pengangguran mengukur persentasi jumlah tenaga kerja yang sedang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Dalam kondisi perekonomian yang normal, ekonom dan analis mematok angka 3% hingga 5%.
Jika tingkat pengangguran tinggi, maka pengeluaran konsumen juga akan berkurang yang akan menyebabkan berkurangnya penjualan retail, perumahan dan lainnya yang pada akhirnya akan berdampak negatif pada GDP. Pengeluaran pemerintah juga akan membengkak akibat kompensasi klaim pengangguran dan program-program lain untuk kesejahteraan (ini hanya berlaku di negara-negara maju yang menyediakan layanan tersebut).
Kekurangan indikator ini hanya mengukur jumlah penganggur (atau pencari kerja) dalam periode waktu sebulan, dan sering kali mereka yang mendapatkan pekerjaan paruh waktu (part-time) dianggap telah bekerja penuh. Namun demikian terlepas dari kekurangan tersebut, indikator ini masih dianggap penting.
Bersambung ke bagian (5)Sumber : www.moneycrashers.com
Create your badge
Comments