16 Indikator Ekonomi Penting (5)


11. Tingkat inflasi
Indikator tingkat inflasi utama yang selalu digunakan adalah CPI (Consumer Price Index). Tingkat inflasi menunjukkan kenaikan harga-harga di tingkat konsumen maupun tingkat produsen. Yang paling berdampak adalah di tingkat konsumen (CPI), sedang di tingkat produsen disebut PPI (Producer Price Index). CPI diperhitungkan dengan mengukur perubahan harga barang dan jasa termasuk makanan dan minuman, sarana transportasi, kesehatan, pendidikan, dan lainnya. Inflasi ditentukan dengan kenaikan rata-rata sekelompok barang dan jasa tersebut dalam suatu periode waktu tertentu.

Tingkat inflasi yang tinggi akan mengurangi nilai suatu mata uang lebih cepat dari tingkat pendapatan konsumen untuk menyesuaikannya, terutama bagi mereka yang berpenghasilan tetap. Dengan demikian daya beli konsumen akan menurun sehingga standard kehidupannya juga akan merosot. Lagi pula tingkat inflasi yang tinggi akan mempengaruhi faktor-faktor lainnya seperti menurunnya jumlah tenaga kerja dan GDP.

Namun demikian, tingkat inflasi yang normal (tidak terlalu tinggi) cenderung berdampak positif. Sebaliknya jika terjadi keadaan deflasi atau penurunan harga juga bisa berdampak negatif pada perekonomian. Deflasi yang terjadi terus-menerus bisa menyebabkan resesi. Deflasi timbul bila konsumen cenderung untuk mengurangi pengeluarannya. Ini terjadi bersamaan dengan berkurangnya jumlah uang beredar. Perusahaan cenderung untuk menurunkan harga jual karena persediaan yang melebihi permintaan, namun keuntungannya jadi berkurang hingga tidak mampu membayar hutang dan mengurangi karyawan. Tentu saja hal ini akan berdampak negatif pada ekonomi.

12. Nilai mata uang
Nilai mata uang yang kuat akan meningkatkan daya jual dan daya beli sebuah negara terhadap negara lainnya. Negara dengan mata uang yang lebih kuat akan bisa mengimpor produk-produk dari negara lain dengan harga yang lebih murah. Sebaliknya jika mata uang suatu negara melemah, maka permintaan akan produk-produk negara tersebut akan meningkat.

13. Tingkat suku bunga
Suku bunga terdiri atas suku bunga pinjaman dan deposito. Jika tingkat suku bunga meningkat maka nilai mata uang cenderung untuk menguat. Namun demikian jika inflasi sudah terlalu tinggi maka bank sentral akan menaikkan suku bunga untuk mengurangi peredaran jumlah uang, sebaliknya jika terjadi deflasi bank sentral akan cenderung untuk menurunkan suku bunga.

14. Corporate profits
Corporate profits atau keuntungan dari perusahaan-perusahaan besar akan berdampak pada GDP. Jika keuntungan meningkat maka GDP akan cenderung naik. Harga-harga saham  juga akan meningkat karena mereka juga menginvestasikan keuntungan di pasar saham.

15. Neraca perdagangan
Neraca perdagangan adalah selisih total nilai ekspor dan impor. Jika terjadi surplus berarti ada aliran dana yang masuk dan jika terjadi defisit berarti lebih banyak uang yang keluar dari negara tersebut. Neraca perdagangan yang surplus lebih diinginkan, dan memperkuat nilai mata uang.
16. Harga komoditi (dalam US dollar)
Harga komoditi emas dan perak sering digunakan sebagai indikator untuk mengetahui kekuatan US dollar. Jika harga komoditi tersebut naik maka US dollar sedang melemah dan sebaliknya. Harga komoditi ini merefleksikan sentimen terhadap US dollar.

(Selesai)
Sumber : www.moneycrashers.com

ADMIN
Anita Sam

Create your badge

Sign up for OKPAY and start accepting payments instantly.
Get Adobe Flash player

Comments

Popular posts from this blog

Jenis Akun Trading Di InstaForex: Pilih Spread atau Komisi?

Cara Daftar FBS Forex Broker