Penggunaan Indikator Moving Averages (2)


Artikel ini adalah lanjutan dari bagian (1) artikel dengan judul yang sama

Secara umum indikator moving average adalah lagging atau mengalami keterlambatan dalam menunjukkan nilai rata-rata yang dihitung. Nilai moving average terjadi setelah pergerakan harga, oleh karena itu indikator ini kurang cocok untuk memprediksi arah trend selanjutnya, hanya menunjukkan trend yang sedang terjadi, artinya pergerakan harga saat ini sedang uptrend atau downtrend. 

Untuk memperbaiki tampilan simple moving average yang perhitungannya sederhana dan cenderung lagging maka digunakan cara pembobotan pada harga akhir relatif terhadap harga-harga yang terjadi sebelumnya, atau pembobotan indikator simple moving average (sma) pada harga terakhir yang sedang diperhitungkan. Indikator moving average yang menggunakan cara ini dinamakan Exponential Moving Average.

Exponential moving average (ema)

Nilai pembobotan yang diterapkan tergantung dari periode waktu pengukuran moving average, sehingga periode ema yang pendek berarti efek pembobotan pada harga akhir akan lebih tampak. Dengan menerapkan pembobotan ini, indikator ema akan bereaksi lebih cepat pada pergerakan harga-harga terakhirnya. Ukuran pembobotan adalah dalam persen dan disebut ema%. Secara praktis untuk ema dengan n periode maka ema% = 2 / (n+1) x 100%. 



Misal ema% untuk periode 5 hari adalah 2 / (5 hari +1) x 100% = (2 / 6) x 100% = 33.33%, sedang pembobotan untu periode 20 hari: 2 / (20+1) x 100% = 9.52%. Jadi semakin pendek periode waktu pengukuran, pembobotan ke nilai akhir semakin besar. Sebagai illustrasi berikut perbandingan yang tampak dalam trading chart antara ema-21 daily dan sma-21 daily:



Tampak pada gambar diatas ema-21 daily lebih sensitif dari sma-21 daily, disebabkan oleh faktor pembobotan pada harga-harga akhir, tetapi juga tidak mengabaikan sama sekali harga-harga sebelumnya. Perlu diketahui bahwa semakin sensitif sebuah indikator bukan berarti akan semakin teliti, melainkan kemungkinan untuk terjadi noise atau kesalahan akan lebih besar. Dalam hal ini bukan kesalahan menghitung nilai ema, tetapi kesalahan dalam melakukan prediksi atau biasa disebut false signal akibat harga yang terjadi tidak berlangsung lama. Namun demikian sejauh ini indikator ema lebih populer dari sma terutama bagi para trader harian yang lebih banyak mengandalkan sinyal trading yang cepat dan cukup akurat.

Weighted moving average (wma)

Jenis moving average dengan pembobotan yang lain adalah weighted moving average (wma). Perbedaannya dengan ema adalah pada wma semakin panjang periode waktu pengukuran yang digunakan maka akan semakin besar bobot nilai terakhirnya, sedang pada ema semakin panjang periode maka semakin kecil pembobotan pada nilai akhir. Untuk menghitung faktor pembobotan wma, kita jumlahkan periode waktu total, kemudian kita kalikan masing-masing waktu pengukuran sesuai dengan periode waktu pengukuran, dan dibagi dengan jumlah periode waktu total.

Sebagai contoh, untuk wma-5 daily, maka faktor pembagi: 1+2+3+4+5=15. Jika kita terapkan untuk CAD/JPY pada contoh sebelumnya dengan periode waktu pengukuran yang sama, maka:


Nilai wma-5 daily adalah jumlah dari nilai pembobotan masing-masing waktu periode, yaitu: 5.48+10.95+16.72+22.29+27.89 = 83.33.

Sumber: S.A Ghafari – IFTC Financial Markets

ADMIN
Anita Sam

Create your badge

Sign up for OKPAY and start accepting payments instantly.
Get Adobe Flash player

Comments

Popular posts from this blog

Cara Daftar FBS Forex Broker

DAFTAR FASAPAY